Sponsor

Kemenristek Dorong Konsorsium Pembangunan Satelit Penginderaan Jauh

Untuk merealisasikan impian memiliki satelit penginderaan jauh buatan dalam negeri, Indonesia dalam hal ini Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) mendorong konsorsium nasional untuk mendukung pembangunan sistem satelit penginderaan jauh (inderaja) nasional. 

Teknologi penginderaan jauh (remote sensing technology) merupakan suatu teknologi yang mampu mendeteksi suatu obyek di permukaan bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan obyek tersebut, tetapi melalui sensor yang dipasang di wahana seperti pesawat (airborne) atau satelit (spaceborne). Teknologi penginderaan jauh memiliki kemampuan tinggi di dalam melakukan pengamatan/pemantauan obyek-obyek yang berada dipermukaan bumi secara cepat, tepat, near real-time dengan wilayah cakupan (coverage area) yang sangat luas. 

Teknologi inderaja sangat berguna untuk berbagai sektor di antaranya pertanian, kehutanan, kelautan, geologi, arkeologi, dan cuaca. Hampir semua bidang bisa dimudahkan dengan memanfaatkan data dan teknologi initermasuk juga untuk menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Perencanaan tata ruang, mencari ketersediaan lahan dan potensi sumberdaya alam serta arahan pengelolaannya akan lebih cepat, tepat dan akurat jika memanfaatkan data dan teknologi ini.   

Berdasarkan pada kondisi tersebut, demi kemandirian bangsa, sudah saatnya Indonesia mempunyai strategikhusus dalam merealisasikan sistem satelit penginderaan jauh (Earth Observation Satellite) yang dioperasikan sendiri, yang mampu memenuhi kebutuhan teknis seperti resolusi temporal yang pendek, resolusi spasial yang detil, bebas dari kendala tutupan awan dan dapat berkonstelasi dengan satelit lain di wilayah Asia.  

Sumberdaya pendukung pembangunan sistem satelit inderaja nasional dalam hal ini masih tersebar dan untuk itu diperlukan koordinasi nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan membangun suatu sinergi antara seluruh komponen pengguna dan penyedia teknologi sistem satelit inderaja melalui konsorsium nasional.  

Untuk itu, Kementerian Riset dan Teknologi mendorong serta mendukung terbentuknya konsorsium tersebut. Tiga dari LPNK dibawah koordinasi Kemenristek sendiri yakni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(LAPAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Informasi Geospasial (BIG) merupakan penyedia dan pengguna teknologi penginderaan jauh yang memiliki kemampuan handal.  

"Kita harus membangun satelit kita sendiri dan tidak tergantung dengan teknologi luar, ini yang harus kita lalui lewat percepatan teknologi satelit, agar kita bisa mengoperasikan satelit yang kita bangun sendiri," ujar Sekretaris Kemenristek, Hari Purwanto pada Jumpa Pers di Kantor Kemenristek, Lantai 23, Rabu, 2 April 2014. 
 Hal senada diungkap Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, ia mengatakan upaya realisasi kemandirian teknologi tersebut merupakan salah satu amanat dalam UU keantariksaan No.21 Tahun 2013. Dengan memiliki satelit sendiri, Indonesia dapat menjadi negara yang mandiri dan berdaya saing, tidak tergantung dengan pihak luar.  

Untuk membuat satelit penginderaan jauh sendiri, Deputi TPSA - BPPT, Ridwan Jamaluddin, memperkirakan dibutuhkan anggaran sebesar Rp2-3 triliun. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama berbagai pihak untuk merealisasikannya.

Share this:

Posting Komentar

 
Copyright © 2025 LIBASS Online. Designed by OddThemes & Best Wordpress Themes 2018