Pengamat
politik dari Centre for Strategic of International Studies atau CSIS, J.
Kristiadi, mengatakan saat ini timbul kekhawatiran terhadap kembali rezim Orde
Baru. Soeharto, presiden yang berkuasa di era Orde Baru
selama 32 tahun, dianggap lebih baik ketimbang sekarang.
Kekhawatiran kembalinya Orde Baru terlihat dari acara haul Soeharto dan
peringatan ke-51 Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) bertajuk doa dan
zikir serta salawat di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta
Timur, Sabtu 11 Maret 2017.
“Mereka mencoba mengakali kemustahilan untuk mengembalikan kekuatan dan
kenikmatan yang mereka pernah rasakan,” ujar J. Kristiadi Senin, 13 Maret 2017.
Dalam haul Soeharto, anggota DPR Siti Hediati Herijadi atau Titiek Soeharto
menyatakan reformasi telah gagal. Setelah 20 tahun reformasi atau berakhirnya
Orde Baru, menurut Titiek, kondisi negara tak berubah signifikan.
“Enak zaman Soeharto. Aman, gampang cari makan, dan gampang cari pekerjaan,”
kata Titiek. “Sejarah membuktikan kebaikan yang telah dilakukan Soeharto selama
32 tahun. Banyak yang merindukan dan mendoakan Soeharto.”
Kristiadi
menilai, Keluarga Cendana (nama ini diambil dari rumah Soeharto yang berada di
Jalan Cendana, Jakarta) masih mendambakan kepemimpinan Soeharto yang dinilai
sangat zalim itu. Kristiadi menyebut ada situasi genting dalam kebangkitan
semangat Orde Baru yang ingin berkuasa kembali.
Kekhawatiran semakin terlihat dengan munculnya pernyataan Sekretaris Jenderal
Partai Swara Rakyat Indonesia atau Parsindo Ahmad Hadari. Dia mengatakan
partainya telah mendapat restu untuk mengusung Hutomo Mandala Putra—putra
Soeharto—sebagai calon presiden pada pemilu 2019. Parsindo juga telah
berkomunikasi dengan Partai Berkarya, yang sama-sama mengusung Tommy Soeharto,
panggilan Hutomo Mandala Putra.
Posting Komentar